Oleh : Bidang Riset dan Advokasi
Pendahuluan
Pemanasan global menjadi sebuah isu krusial yang ternyata dapat dipicu oleh aktivitas manusia, bagaikan monster yang melahap kelestarian bumi. Salah satu kontributor utama adalah penggunaan bahan bakar fosil diantaranya adalah batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar ini menghasilkan gas rumah kaca, bagaikan selimut tebal yang menahan panas matahari di atmosfer. Kondisi ini mendorong peningkatan suhu global dan efek rumah kaca (Ainurrohmah & Sudarti, 2022).
Di tengah upaya pelestarian lingkungan, ironisnya, kita dihadapkan pada masalah lain yang memperparah krisis iklim yaitu food waste atau limbah makanan. Sisa-sisa makanan dan minuman, baik bahan setengah jadi maupun siap konsumsi, ini bukan hanya memboroskan sumber daya berharga, tetapi juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca (Luna, 2022; Handoyo & Asri, 2023).
Setiap tahun, jumlah makanan yang dibuang mencapai milliaran ton, mulai dari produksi hingga konsumsi (Dou et al., 2016). Namun, sedikit yang menyadari bahwa ketika makanan terbuang, bukan hanya nilai nutrisinya yang terbuang percuma tetapi juga energi, air, dan bahan bakar yang digunakan untuk memproduksinya. Setiap kali makanan terbuang, terdapat jejak karbon yang signifikan berkontribusi secara langsung pada peningkatan emisi gas rumah kaca (Liu, 2023). Ketika limbah makanan membusuk di tempat sampah, food waste mengeluarkan gas rumah kaca yang disebut metana, yang memiliki dampak lebih kuat daripada CO2. Industri makanan juga dikenal sebagai kontributor utama emisi gas rumah kaca di dunia (Flanagan & Priyadarshini, 2021).
Dalam penelusuran dampak food waste terhadap pemanasan global, menjadi jelas bahwa solusi untuk mengatasi krisis iklim tidak dapat lengkap tanpa penekanan yang serius pada pengurangan limbah makanan. Dengan menyadari keterkaitan yang kuat antara food waste, emisi gas rumah kaca, dan pemanasan global kita dapat mempercepat langkah-langkah untuk meminimalkan jejak karbon kita dan mendorong praktik yang berkelanjutan dalam rantai pasokan makanan global.
Dalam riset ini, akan memaparkan pendalaman pemahaman tentang bagaimana food waste menjadi penyebab peningkatan emisi gas rumah kaca, serta dampaknya yang meluas pada pemanasan global. Selain itu, akan ada solusi-solusi inovatif yang dapat membantu meminimalisir dampak dari peristiwa ini yang kemudian diharap dapat membawa kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi bumi.
Pembahasan
Data yang digunakan dalam riset ini adalah data sekunder yang didapatkan dari Kementerian PPN/Bappenas dan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.Terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam riset ini diantaranya adalah
Tabel 1. Keterangan variabel
Nama variabel | Deskripsi |
Konsumsi (X1) | Makanan yang siap dikonsumsi namun tidak habis dikonsumsi/ basi. (PPN/Bappenas, 2022) |
Distributor (X2) | Makanan yang dibuang atau terbuang selama proses distribusi. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan barang, kelebihan persediaan, atau kesalahan dalam manajemen stok. (PPN/Bappenas, 2022) |
Emisi Gas Rumah Kaca (Y) | Emisi gas rumah kaca merujuk pada gas-gas di atmosfer yang dapat menyerap dan memancarkan radiasi panas, menyebabkan pemanasan global. (BPS, 2022) |
a. Tingkat food waste pada tahap konsumsi dan distributor
Gambar 1. Peningkatan food waste pada tahun 2000-2019
Secara visual, pada aspek konsumsi food waste terus meningkat dari tahun ke tahun sampai akhirnya mencapai 19,41 juta ton timbulan sampah pada tahun 2019. Sedangkan pada aspek distributor cenderung mengalami kenaikan, dan total timbulan sampah tertinggi terdapat pada tahun 2018 dengan total timbulan sampah 7,66 juta ton.
b. Emisi Gas Rumah Kaca
Gambar 2. Emisi Gas Rumah Kaca pada sektor limbah
Secara visual emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada sektor limbah mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 1656 ribu ton gas emisi yang dihasilkan.
c. Uji asumsi klasik
Uji asumsi | Uji statistik | Hasil uji |
Multikolinearitas | VIF < 10 | Tidak ada multikolinearitas |
Autokorelasi | p-value = 0.4561 | Tidak ada autokorelasi |
Heteroskedastisitas | p-value = 0.6645 | Tidak terdetedeksi heteroskedastisitas |
Normalitas | p-value = 0.2936 | Data tersebar secara normal |
d. Analisis Regresi Linear Berganda untuk melihat pengaruh variabel X dan Y
Model Regresi
Solusi
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi pemborosan makanan, serta memberikan informasi tentang cara menyimpan dan menggunakan makanan dengan lebih efisien.
- Memperkenalkan sistem pengumpulan dan pengolahan kembali makanan terbuang untuk digunakan sebagai kompos atau energi biomassa, mengurangi jumlah makanan yang akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah.
- Penggunaan teknologi untuk memantau dan mengelola rantai pasokan makanan dengan lebih efisien, termasuk pembaruan dalam teknologi pengemasan dan penyimpanan makanan.
- Mengembangkan sistem yang memungkinkan makanan yang masih layak dikonsumsi untuk didonasikan kepada mereka yang membutuhkan, daripada dibuang.
- Mendorong kebijakan pemerintah yang mengurangi pemborosan makanan melalui insentif untuk perusahaan dan individu yang mengurangi limbah makanan, serta penegakan peraturan yang ketat terhadap pembuangan makanan yang tidak perlu.
Kesimpulan
Hasil riset yang diperoleh menunjukkan fakta jika timbulan sampah sektor konsumsi dan distributor berpengaruh positif terhadap emisi gas rumah kaca yang dihasilkan tiap tahunnya. Artinya adalah jika jumlah timbulan food waste bertambah, maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan juga akan bertambah banyak. Hal ini menunjukkan eskalasi dampak negatif yang dihasilkan dari pengelolaan limbah yang tidak efisien. Dapat disimpulkan, food waste sangat berdampak terhadap lingkungan. Kesadaran dari tiap individu sangat diperlukan untuk mengatasi isu ini, dimulai dari diri kita sendiri.
REFERENSI
Ainurrohmah, S. & Sudarti, S. (2022) ‘Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming yang Terjadi sebagai Fase Kritis’, Jurnal Phi Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan, 3(3), p. 1. Available at: https://doi.org/10.22373/p-jpft.v3i3.13359.
BPS (2022) Emisi Gas Rumah Kaca menurut Jenis Sektor (ribu ton CO2e), 2000-2019. Available at: https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MjA3MiMx/emisi-gas-rumah-kaca-menurut-jenis-sektor–ribu-ton-co2e—2000-2019.html.
Dou, Z. et al. (2016) ‘Assessing U.S. food wastage and opportunities for reduction’, Global Food Security, 8, pp. 19–26. Available at: https://doi.org/10.1016/j.gfs.2016.02.001.
Flanagan, A. & Priyadarshini, A. (2021) ‘A study of consumer behaviour towards food-waste in Ireland: Attitudes, quantities and global warming potentials’, Journal of Environmental Management, 284, pp. 1–7. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2021.112046.
Handoyo, M.A.P. & Asri, N.P. (2023) ‘Study on Food Loss and Food Waste: Conditions, Impact and Solutions’, AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian, 10(2), pp. 247–258. Available at: https://doi.org/10.37676/agritepa.v10i2.4579.
Liu, Chang, Shang, J. & Liu, Chen (2023) ‘Exploring Household Food Waste Reduction for Carbon Footprint Mitigation: A Case Study in Shanghai, China’, Foods, 12(17), pp. 1–22. Available at: https://doi.org/10.3390/foods12173211.
Luna, P. (2022) ‘Implementasi Sistem Pengelolaan Food Loss And Waste (FLW) di Indonesia Sebagai Inisiatif Presidensi G20 Implementation of Food Loss and Waste (FLW) System in Indonesia as An Initiative of G20 Presidency’, Jurnal Analis Kebijakan |, 6(1), pp. 1–16.
PPN/Bappenas, K. (2022) Kelola Mubazir Pangan/Food Loss and Waste (FLW) untuk Mendukung Pembangunan Rendah Karbon dan Ekonomi Sirkular di Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas. Available at: https://lcdi-indonesia.id/2022/01/31/kelola-mubazir-pangan-food-loss-and-waste-flw-untuk-mendukung-pembangunan-rendah-karbon-dan-ekonomi-sirkular-di-indonesia/.