Menelusuri Hubungan Fenomena Fear of Missing Out dalam Tantangan Sosial Media di Kalangan Mahasiswa Statistika FMIPA UNM

PENDAHULUAN

Media sosial merupakan platform online yang memfasilitasi penggunaannya untuk dengan cepat mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Menurut (Kaplan 2015), media sosial adalah kumpulan aplikasi internet di mana pengguna dapat saling berinteraksi dan bertukar informasi, didasarkan pada teknologi dan ideologi web 2.0. Informasi yang dapat diakses meliputi artikel, tulisan, gambar, video, dan berbagai jenis informasi lainnya yang diinginkan pengguna. Kemudahan akses menjadi faktor penting dalam popularitas media sosial yang terus berkembang setiap tahunnya. Beberapa platform media sosial yang umum digunakan saat ini seperti WhatsApp, Instagram, Twitter, LINE, YouTube, dan lainnya.

Media sosial memfasilitasi komunikasi dengan siapa pun dan memperoleh informasi dengan mudah, tetapi kita perlu menyadari bahwa media sosial juga dapat membawa dampak negatif. Penggunaan media sosial berlebih dan keinginan untuk selalu mengikuti aktivitas orang lain di jejaring sosial dapat menghasilkan dampak negatif, salah satunya adalah timbulnya perilaku Fear of Missing Out (FoMO) (Mulyono 2021).

Fear of Missing Out (FoMO) adalah kekhawatiran, kecemasan, dan kegelisahan yang dirasakan ketika seseorang merasa bahwa orang lain mungkin sedang mengalami pengalaman yang berharga saat mereka tidak hadir bersama teman-teman mereka. Ini mencerminkan keinginan yang kuat untuk tetap terhubung dan terlibat dalam aktivitas sosial melalui media sosial secara terus menerus. FoMO diidentifikasi sebagai kecemasan sosial yang ditandai oleh keinginan individu untuk terus terkoneksi dengan kegiatan dan pengalaman orang lain (Przybylski et al. 2013)

Berdasarkan data survei dari laman Hootsuite We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia pada Januari 2024 mencapai 139 juta orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Annur 2024). Hasil survei menunjukkan bahwa penggunaan media sosial sangat tinggi pada kalangan remaja. Sehingga, munculnya persepsi bahwa hiburan, komunikasi, dan perkembangan tren berasal dari media sosial menjadi semakin dominan di kalangan mereka.

Oleh karena itu, HMPS Statistika FMIPA Universitas Negeri Makassar melalui Bidang Riset dan Advokasi, melakukan riset ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan Media Sosial dan Fenomena FoMO di kalangan mahasiswa guna menginspirasi perubahan positif dalam kesejahteraan mental dan sosial.

METODE PELAKSANAAN

Data dalam riset ini menggunakan data primer yang didapatkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada Mahasiswa aktif Program Studi Statistika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar angkatan 2021, 2022 dan 2023 dengan menggunakan skala likert 5 poin.

Kuesioner dibagikan dari tanggal 1 Mei-7 Mei 2024. Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Kuesioner yang telah dibuat kemudian disebarkan secara acak kepada populasi untuk diisi.

Sebelum melelakukan penarikan sampel, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 29 orang responden dan didapatkan 22 item pertanyaan yang valid dan reliabel dengan 11 pertanyaan tentang Fear of Missing Out dan 11 pertanyaan tentang media sosial. Hanya item pertanyaan valid yang disebarkan kembali pada sampel. Data populasi dan sampel dirincikan pada tabel berikut

Tabel 1. Jumlah populasi dan sampel

AngkatanPopulasiSampel
202197 Mahasiswa47 Mahasiswa
2022140 Mahasiswa72 Mahasiswa
2023143 Mahasiswa78 Mahasiswa
Jumlah380 Mahasiswa197 Mahasiswa

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus slovin, diperoleh jumlah sampel sebanyak 197 responden, dengan begitu sampel yang dibutuhkan telah mewakili populasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

  • Data Demografi Subjek

Tabel 2. Data Demografi

 FrekuensiPersentase
Jenis KelaminPerempuan13971%
 Laki-laki5829%
Usia18 tahun3618%
 19 tahun7940%
 20 tahun5226%
 21 tahun2513%
 22 tahun53%

Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa sampel riset ini kebanyakan adalah perempuan dengan frekuensi 139 mahasiswa (71%) dan usia terbanyak adalah 19 tahun (40%).

  • Durasi pemakaian smartphone

Durasi pemakaian smartphone yang mendominasi pada responden ini yaitu > 8 jam sebanyak 88 mahasiswa (45%), durasi 6-8 jam sebanyak 62 mahasiswa (31%), durasi 4-5 jam sebanyak 41 mahasiswa (21%), dan durasi 2-3 sebanyak 5 mahasiswa (3%).

  • Banyaknya akun media sosial yang dimiliki

Apabila dilihat berdasarkan jumlah kepemilikan akun media sosial, responden yang memiliki 3 media sosial dengan kuantitas paling banyak yakni sebesar 82 mahasiswa (41%), yang memiliki 4 media sosial sebanyak 47 mahasiswa (24%), yang memiliki 5 media sosial sebayak 16 mahasiswa (8%), dan yang memiliki lebih dari 5 media sosial sebanyak 19 mahasiswa (10%). Berdasarkan  dengan ini, didalam riset ini juga dideskripsikan tentang media sosial yang paling banyak digunakan dan aktivitas yang paling serig dilakukan di media sosial, disajikan pada gambar berikut:

  • Media Sosial yang sering digunakan

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa media sosial yang sering digunakan adalah Whatsapp yakni sebanyak 82 mahasiswa (42%).

  • Aktivitas yang paling sering dilakukan di media sosial

Dari diagram dapat dilihat, sebanyak 116 responden memilih scrolling timeline sebagai aktivitas yang paling sering dilakukan pada saat membuka sosial media.

B. Analisis Korelasi untuk melihat pengaruh sosial media dengan perilaku FoMO pada Mahasiswa

Tabel 3. Hasil kuesioner Fear of Missing Out

KategoriKhawatirKegelisahanKecemasanTotal
Khawatir1067
Kegelisahan012214
Kecemasan621018
Total7141839

Dari hasil 197 responden, ditemukan bahwa sekitar 33 (16,75%) responden teridentifikasi FoMO (Fear of Missing Out) dalam berbagai tingkat kekhawatiran, kegelisahan, dan kecemasan. Tingkat kegelisahan tertinggi mencapai 12 (6,09%) responden, diikuti oleh kecemasan sebesar 10 (5,08%) responden, dan kekhawatiran yang hanya 6 (0,51%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa kegelisahan adalah penyebab utama FoMO di antara responden. Selain itu, terdapat 2 (1,01%) responden yang mengalami ketiga kategori FoMO tersebut secara bersamaan, yaitu kekhawatiran, kegelisahan, dan kecemasan. Maka dari itu penting bagi kita untuk lebih memahami apa yang membuat orang merasa seperti ini dan bagaimana cara mengelolanya agar tidak berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari.

Fear of Missing Out (FoMO) sering muncul ketika individu melihat pembaruan atau update dari orang lain di media sosial. Perasaan cemas dan khawatir ini muncul saat seseorang menyadari bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam pengalaman menyenangkan yang dialami oleh orang lain di sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan perasaan cemas, takut, dan gelisah jika merasa diabaikan oleh orang-orang tersebut (Przybylski et al. 2013) . Menurut (Sklar 2017), fenomena ini juga dapat muncul saat seseorang menggunakan media sosial, menjadikan FoMO sebagai salah satu dampak dari aktivitas bermedia sosial. Penelitian oleh (Astuti 2021) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat mempengaruhi munculnya FoMO. FoMO memiliki tiga indikator utama yaitu : kekhawatiran, kegelisahan, dan kecemasan yang dialami secara berlebihan.

Menurut data dari JWT Intelligence (Santrock 2012), 40% pengguna internet di seluruh dunia mengalami FoMO. Mereka merasakan kekhawatiran dan kegelisahan apabila merasa bahwa mereka akan tertinggal dari pengalaman menyenangkan yang sedang dialami oleh orang lain tanpa kehadiran mereka. Hasil riset ini sejalan dengan temuan sebelumnya, di mana kegelisahan muncul sebagai faktor utama dari FOMO. Seperti yang telah dijelaskan, kegelisahan menjadi penyebab paling dominan di antara tiga indikator utama FoMO. Kedua hasil riset ini menunjukkan bahwa media sosial berperan signifikan dalam memicu perasaan FOMO pada individu.

Tabel 4. Deskriptif Fear of Missing Out dan Kecanduan Media Sosial

VariabelNMinimumMaximumMeanStd.Dev
Fear of Missing Out1971253287
Kecanduan Media Sosial1971355316

Jumlah data yang digunakan adalah 197 responden. Rata-rata pada variabel Fear of Missing Out adalah 28 dengan nilai minimum 12 dan maximum 53 dan std.dev 7 sedangkan pada variabel kecanduan media sosial memiliki nilai minimum 13 dan nilai maximum 55.

Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Fear of Missing Out dan Kecanduan Media Sosial

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson moment didapatkan r = 0,530 dengan nilai sign 0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan positif yang signifikan antara FoMO dan kecanduan media sosial. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi perilaku FoMO yang dimiliki pada mahasiswa berarti semakin tinggi kecanduan media sosial.

Hasil penelitian ini, mendukung hasil penelitian dari (Filibiana and Wibowo 2023) yang menyatakan bahwa FoMO adalah faktor pendukung dibalik penggunaan media sosial yang dapat menyebabkan kecanduan media sosial pada remaja awal. FoMO memicu individu untuk menggunakan media sosial secara berlebihan dan tidak wajar, yang dapat terus menimbulkan emosi negatif akibat rasa iri terhadap postingan dan kehidupan orang lain di media sosial (Santa Regita, Bidang Piutang Negara 2021). Penelitian ini juga serupa dengan penelitian (Hidayah and Nastiti 2023), (Lay et al. 2023) dan (Nafisa and Kusuma Salim 2022), dimana FoMO bertindak sebagai kekuatan pendorong yang membuat individu menggunakan media sosial serta sebagai variabel yang berhubungan positif dengan penggunaan media sosial. FoMO dapat digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan kekurangan dalam kebutuhan psikologis dengan aktivitas sosial. Menurut (Akbar et al. 2019) hal ini sering terjadi dalam konteks media sosial atau kehidupan sosial, di mana seseorang merasa tertekan untuk ikut serta dalam berbagai aktivitas atau kegiatan tertentu agar tidak merasa tertinggal. Fomo dapat mendorong seseorang untuk terus-menerus memeriksa media sosial, merasa perlu untuk menghadiri setiap acara atau pertemuan, atau merasa tidak nyaman ketika mereka tidak mengetahui tren atau aktivitas yang sedang populer.

Namun, ada aspek lain yang dapat muncul dari dorongan untuk selalu terlibat dalam berbagai aktivitas, yaitu perilaku yang dikenal dengan istilah gila urusan (ikut campur). Meskipun sebagian besar responden dalam kuesioner menunjukkan keseimbangan dalam penggunaan media sosial dan interaksi sosial, perilaku ikut campur ini dapat berkembang dari keinginan untuk selalu terlibat dan tidak tertinggal informasi atau kegiatan tertentu. Ikut campur merujuk pada keterlibatan yang berlebihan dalam urusan atau aktivitas tertentu, didorong oleh keinginan kuat untuk selalu berada dalam lingkaran informasi dan kegiatan. Perilaku ini mencakup obsesi yang dalam terhadap kegiatan sosial orang lain, dimana individu yang mengalaminya cenderung menghabiskan banyak waktu dan energi, hingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan sosial mereka (Pranajaya 2019).

Dalam konteks media sosial, ikut campur dan Fear of Missing Out (FoMO) memiliki keterkaitan yang erat. Ikut campur di media sosial terjadi ketika seseorang terlibat secara aktif dalam urusan atau percakapan orang lain, seringkali tanpa diundang yang bisa termanifestasi dalam bentuk komentar yang tidak diinginkan atau pengambilan bagian dalam diskusi yang tidak relevan. Di sisi lain, FoMO di media sosial adalah perasaan cemas atau kegelisahan karena takut ketinggalan pengalaman atau informasi yang dianggap penting oleh orang lain, yang mendorong seseorang untuk terus memantau dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas online (Aresti, Lukmantoro, and Ulfa 2023).

Keterkaitan antara keduanya terjadi ketika perasaan FoMO mendorong seseorang untuk terlibat lebih banyak dalam media sosial, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kecenderungan untuk ikut campur dalam urusan orang lain. Seseorang yang merasa takut ketinggalan informasi atau pengalaman penting mungkin cenderung untuk berpartisipasi dalam percakapan atau kegiatan online tanpa memperhatikan batasan pribadi atau relevansi, sehingga terlibat dalam perilaku ikut campur.

Dengan demikian, dalam konsep media sosial, FoMO dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perilaku ikut campur, sementara ikut campur juga dapat menjadi hasil dari perasaan FoMO yang terus menerus. Penelitian ini juga menegaskan bahwa FoMO mempunyai peran signifikan dalam meningkatkan kecanduan media sosial dikalangan mahasiswa. Fenomena ini dapat menyebabkan perilaku berlebihan dalam menggunakan media sosial yang memicu emosi negatif seperti iri terhadap kehidupan orang lain yang ditampilkan di media sosial. Selain itu, dorongan kuat untuk selalu terlibat dalam berbagai aktivitas dan informasi yang dikenal sebagai perilaku gila urusan, juga merupakan konsekuensi dari FoMO. Kedua aspek ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan pengelolaan penggunaan media sosial untuk menjaga keseimbangan kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental.

Dampak Buruk Fear of Missing Out

Seseorang yang mengalami FOMO (Fear of Missing Out) baru akan merasa tenang ketika mereka bisa memegang gadget dan terhubung ke dunia maya. Ketergantungan yang tidak sehat ini bisa memberikan berbagai dampak, seperti:

  • Meningkatkan resiko terjadinya masalah psikologis

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang lebih mudah stres dan terobsesi untuk mempertahankan citra atau harga diri mereka di platform tersebut. Jika tidak digunakan dengan bijak, penggunaan media sosial yang tidak tepat dapat menyebabkan seseorang mengalami FOMO serta meningkatkan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi (dr. Kevin Adrian 2021).

  • Perasaan Tidak Puas

FOMO bisa menyebabkan perasaan tidak puas dengan kehidupan saat ini karena terus membandingkan diri dengan orang lain dan selalu ingin mengikuti apa yang mereka lakukan (dr. Rizal Fadli 2023).

  • Kurang Fokus

Terlalu memikirkan kegiatan yang sedang dilakukan orang lain dapat mengalihkan fokus dari tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan.

  • Kehilangan Waktu dan Uang

Kecenderungan untuk terus terlibat dalam aktivitas dan acara dapat menghabiskan waktu dan uang secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan yang sebenarnya (Andy Nugroho 2020).

  • Perasaan Terisolasi

Terlalu fokus pada kegiatan orang lain dapat membuat seseorang merasa terasing dari lingkungannya dan merasa tidak memiliki hubungan sosial yang memadai (Anggraeni 2023).

Cara Mengatasi

FoMO bisa memberikan banyak dampak, jadi penting bagi kita untuk mengatsi itu. Maka dari itu ada beberapa cara untuk mengatasinya :

  • Fokus pada apa yang penting

Jauhi distraksi dari hal-hal tidak penting seperti media sosial atau acara yang kurang penting, dan arahkan perhatianmu sepenuhnya pada hal-hal yang benar-benar memiliki nilai dalam hidupmu (Barker 2016).

  • Terimalah kenyataan

Jangan biarkan kecemasan menguasaimu. Terimalah bahwa tidak mungkin untuk mengikuti semua hal dalam hidup ini. Belajarlah untuk menerima dirimu sendiri dan keputusan yang telah kamu buat (Therapy 2016).

  • Hargai diri sendiri

Very Well Mind menyatakan bahwa dengan menghargai diri sendiri, seseorang dapat meningkatkan rasa syukur dan mengurangi FOMO. Ketika seseorang berfokus pada hal-hal baik yang dimilikinya dan merasa bersyukur atasnya, perasaan iri dan kekurangan akan lebih jarang muncul. Menghargai diri sendiri berarti menyadari bahwa seseorang memiliki banyak hal dalam hidup yang patut disyukuri. Oleh karena itu, luangkan waktu untuk dirimu sendiri dan jangan terlalu khawatir tentang kegiatan yang mungkin terlewatkan. Gunakanlah waktu tersebut untuk melakukan aktivitas yang benar-benar kamu nikmati (Abdul Hadi 2020)

  • Membatasi penggunaan media sosial dan gadget

Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu penyebab FoMO dipicu oleh postingan dan update orang lain di media sosial. Oleh karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial, FoMO dapat berkurang (Yulia 2023) .

  • Nikmati Prosesnya

Bangun pemikiran positif bahwa semua yang dilakukan adalah berkat dan peluang, bukan suatu kewajiban. Biarkan diri menikmati peningkatan tingkat relaksasi dan kemudahan yang ada dengan memperbanyak pengalaman-pengalaman yang berharga. Dengan demikian, kamu tidak akan terbebani akan hal yang belum kamu dapatkan (Matt Huston 2015).

Solusi

Dari segala dampak yang ditimbulkan, terdapat solusi atau upaya pencegahan untuk mengatasi kasus ketergantungan terhadap media sosial dan FoMO. Solusi ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu solusi internal dan eksternal. Solusi internal dapat diselesaikan melalui dorongan atau motivasi dari diri sendiri, sementara solusi eksternal melibatkan bantuan dari orang-orang di sekitar, seperti keluarga, dan juga melalui informasi dari internet atau sumber lainnya (Wahyuni, Nurbayani, and Sartika 2022).

Solusi internal yang menjadi solusi utama untuk mencegah perilaku ketergantungan terhadap media sosial melibatkan dorongan diri sendiri dengan cara membatasi penggunaan media sosial dan melakukan kegiatan yang positif. Sementara itu, solusi eksternal bisa dilakukan dengan meminta dukungan dari keluarga atau teman, serta mencari informasi dan saran dari sumber-sumber terpercaya.

Kesimpulan

Dari riset ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecanduan media sosial dengan perilaku FoMO pada Mahasiswa Statistika FMIPA UNM. Meskipun begitu, perlu diperhatikan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku FoMO pada Mahasiswa tidak hanya karena kecanduan media sosial. Dengan kata lain, masih ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan munculnya perilaku FoMO.

Implikasi dari hasil riset ini adalah bahwa untuk mengurangi Fear of Missing Out  pada remaja khususnya dalam hal ini adalah mahasiswa Statistika FMIPA UNM, sangat penting mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mengakses media sosial dan menyadarkan mereka akan tanggung jawab lain yang lebih penting seperti belajar, membantu orang tua, dan terlibat dalam kegiatan positif lainnya yang lebih bermanfaat daripada hanya bermain dengan media sosial. Dengan mengurangi tingkat kecanduan media sosial, diharapkan dapat menjadi lebih produktif dalam melakukan kegiatan lainnya. Kemampuan remaja untuk mengendalikan diri dalam penggunaan media sosial akan membantu membentuk kepercayaan diri, mengurangi perasaan negatif, mengurangi risiko masalah psikologis, dan meningkatkan produktivitas mereka.

REFERENSI

Abdul Hadi. 2020. “Mengenal Sindrom FOMO Fear of Missing Out Dan Cara Mengatasinya.” tirto.id. https://tirto.id/mengenal-sindrom-fomo-fear-of-missing-out-dan-cara-mengatasinya-fZoc.

Akbar, Rizki Setiawan, Audry Aulya, Adra A Psari, and Lisda Sofia. 2019. “Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FoMo) Pada Remaja Kota Samarinda.” Psikostudia : Jurnal Psikologi 7(2): 38.

Andy Nugroho. 2020. “Mengenal Apa Itu FOMO & Dampak Buruk Yang Ditimbulkan.” Qwords. https://qwords.com/blog/fomo-adalah/.

Anggraeni, Mega Dwi. 2023. “Berisiko Pada Kesehatan Mental, Ini Dampak Dan Cara Mengatasi FOMO.” Liputan 6. https://www.liputan6.com/regional/read/5233256/berisiko-pada-kesehatan-mental-ini-dampak-dan-cara-mengatasi-fomo?page=3.

Annur, Cindy Mutia. 2024. “Ini Media Sosial Paling Banyak Digunakan Di Indonesia Awal Tahun 2024.” databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/03/01/ini-media-sosial-paling-banyak-digunakan-di-indonesia-awal-2024.

Aresti, Nadia Gita, Triyono Lukmantoro, and Nurist Surayya Ulfa. 2023. “Pengaruh Tingkat Fear of Missing Out (FoMO) Dan Tingkat Pengawasan Orang Tua Terhadap Tingkat Kecanduan Penggunaan TikTok Pada Remaja.” Jurnal Interaksi Online 11(3): 272–84. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/39961.

Astuti, Chatarina Nila. 2021. “Hubungan Kepribadian Neurotisme Dengan Fear of Missing Out Pada Remaja Pengguna Aktif Media Sosial.” Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha 12(2): 245–58.

Barker, E. 2016. “This Is The Best Way to Overcome Fear of Missing Out.” Time. https://time.com/4358140/overcome-fomo/.

dr. Kevin Adrian. 2021. “Mengenal FOMO Dan Dampak Negatifnya.” AloDokter, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.alodokter.com/mengenal-fomo-dan-dampak-negatifnya.

dr. Rizal Fadli. 2023. “Dampak Negatif FOMO Bagi Kesehatan Mental.” halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/7-dampak-negatif-fomo-bagi-kesehatan-mental.

Filibiana, Natasya Devi, and Doddy Hendro Wibowo. 2023. “Fear of Missing Out Dan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Awal.” Proyeksi 18(2): 157.

Hidayah, Aminatul, and Dwi Nastiti. 2023. “The Relationship of Fear of Missing Out ( FoMO ) with Social Media TikTok Addiction in Adolescents [ Hubungan Fear of Missing Out ( FoMO ) Dengan Adiksi Media Sosial TikTok Pada Remaja ].” 6: 1–10.

Kaplan, Andreas M. 2015. “Social Media, the Digital Revolution, and the Business of Media.” JMM International Journal on Media Management 17(4): 197–99. http://dx.doi.org/10.1080/14241277.2015.1120014.

Lay, Trianti Agustina, Tatik Meiyuntariningsih, Hetti Sari Ramadhani, and Fakultas Psikologi. 2023. “Kecenderungan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja: Adakah Peran Fear of Missing Out?” INNER: Journal of Psychological Research 2(4): 605–15.

Matt Huston. 2015. “Ways to Overcome Fear of Missing Out.” Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/stronger-at-the-broken-places/201501/10-ways-to-overcome-fear-of-missing-out.

Mulyono, Bambang Hari. 2021. “Pengaruh Fear of Missing Out Terhadap Social Connectedness Yang Dimediasi Oleh Penggunaan Media Sosial.” Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 1(2): 1190–98.

Nafisa, Salwa, and Irma Kusuma Salim. 2022. “Hubungan Antara Fear of Missing Out Dengan Kecanduan Media Sosial.” Journal of Islamic and Contemporary Psychology (JICOP) 2(1): 41–48.

Pranajaya, Pranajaya. 2019. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Fenomena Kepo.” Majalah Sainstekes 5(1): 21–30.

Przybylski, Andrew K., Kou Murayama, Cody R. Dehaan, and Valerie Gladwell. 2013. “Motivational, Emotional, and Behavioral Correlates of Fear of Missing Out.” Computers in Human Behavior 29(4): 1841–48. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014.

Santa Regita, Bidang Piutang Negara, Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah. 2021. “Fear of Missing Out (FOMO), Ketakutan Kehilangan Momen.” Kementrian Keuangan Republik Indonesia. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html.

Santrock, J.W. 2012. “Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.”

Sklar, A. 2017. “How Could Students’ Use of Social Media Be Affecting Their Mental Health?. Retrieved From.” edcan network. https://www.edcan.ca/articles/students-use-social-media-affecting-mentalhealth/.

Therapy, Good. 2016. “Overcoming FOMO: What Fuels Your Fear of Missing Out?” Good Therapy. https://www.goodtherapy.org/blog/overcoming-fomo-what-fuels-your-fear-of-missing-out-0418167.

Wahyuni, Adira Ismi, Siti Nurbayani, and Rika Sartika. 2022. “Detox Sosial Media Sebagai Upaya Mengatasi Social Media Addiction Dan Fomo (Fear Of Missing Out).” Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan 1(3): 92.

Yulia, Dini. 2023. “Sindrom FOMO Dapat Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mental.” Kemenkes, Direktoral Jenderal Pelayanan Kesehatan.s

Leave a Reply