Isu Food Wastage Mengancam di Beberapa Sektor, Masyarakat Harus Lebih Sadar !!

1.    Pendahuluan

Salah satu isu yang sedang gencar diatasi pada level internasioal saat ini adalah kerusakan lingkungan yang memicu terjadinya berbagai kasus lingkungan yang mengancam keselamatan umat manusia. Satu dari tiga isu yang paling hangat dibahas dan amat urgen untuk diselesaikan adalah fenomena “Food Wastage”. Istilah food wastage digunakan untuk makanan atau bahan makanan yang tidak diolah dengan baik sehingga berakhir menjadi sampah atau limbah. Perilaku tidak mengolah makanan dengan baik tersebut ternyata dapat menjadi efek keberlanjutan yang dapat menyebabkan terjadinya banyak permasalahan lingkungan terutama perubahan iklim yang mengakibatkan banyak kerugian bagi manusia dan ekosistem kehidupan Bumi. Food Wastage sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu Food Waste dan Food Loss. Food Loss adalah istilah untuk bahan makanan/bahan pangan yang sudah siap untuk diolah, diproduksi, ataupun didistribusikan namun belum sampai pada tahapan konsumsi. Sedangkan Food Waste sendiri adalah istilah untuk bahan makanan/makanan siap saji yang sudah bisa untuk dikonsumsi namun tidak dikonsumsi atau tidak dimanfaatkan dengan baik (Lipinski dkk., 2013).

Di sisi lain, kekhawatiran dunia yang menjadi tujuan 2 dalam SDGs adalah tanpa kelaparan. Ketimpangan yang sangat mencolok, di satu sisi terdapat kelompok orang kelaparan dan sangat membutuhkan makanan, sedangkan di sisi lain orang-orang dengan mudahnya membeli makanan terlalu banyak dan berakhir menjadi limbah makanan. Menurut laporan oleh Food and Agriculture Organization (FAO)(FAO, 2018), menyatakan bahwa di seluruh dunia kurang lebih ada 1,3 milyar ton makanan yang diproduksi namun hanya dibuang sia-sia setiap tahunnya. Dan yang membuat miris adalah di Indonesia masih banyak kelaparan, sedangkan produksi sampah makanan Indonesia menempati urutan ke-2 di Dunia (Lestari & Halimatussadiah, 2022).

Dengan sederet permasalahan kemanusian yang timbul akibat perilaku manusia diatas seharusnya cukup untuk menyadarkan kita semua bahwa sangat penting untuk tidak membuang-buang makanan dan sebisa mungkin mengolah kembali sampah makanan, misalnya dikelola untuk mengembangbiakkan maggot, menjadi pupuk kompos, dan lain-lain (Hirsan dkk., 2021; Maliga dkk., 2021).

Penelitian ini berfokus pada Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat produksi sampah makanan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dan membandingkan dengan beberapa wilayah lain. Kemudian memberikan rekomendasi-rekomendasi yang dapat dilakukan agar dapat mengurangi kasus food wastage yang ada di Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Selatan.

2.    Pembahasan

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) Kementerian Lingkungan Hidup. Data berisi informasi mengenai timbulan sampah harian dan tahunan tiap Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan dari rentang tahun 2019 hingga 2021.

2.1 Analisis Deskriptif

      1. Komposisi


     

    Gambar 1. Komposisi Sampah Berdasarkan Jenisnya

    Berdasarkan Gambar 1, sampah makanan merupakan jenis sampah yang menjadi komposisi tertinggi yaitu 44,78%, diikuti oleh sampah kertas/karton 14,31%, diurutan ketiga ada sampah plastik sebesar 13,18% komposisi sisanya disusun oleh jenis sampah lain, misalnya logam, kayu, kain, dan sebagainya.

    Hampir setengah dari populasi timbulan sampah di Sulawesi Selatan merupakan sampah makanan.

        • Total Timbulan Sampah


      Gambar 2. Total Timbulan Sampah Harian Sulawesi Selatan


      Gambar 3. Total Timbulan Sampah Tahunan Sulawesi Selatan

      Terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3, pada tahun 2019 total timbulan sampah yang diproduksi oleh Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan sebanyak 3.527 ton/hari dan 1.287.255 ton/tahun. Sedangkan tahun 2020 sebesar 3.569 ton/hari dan 1.302.815 ton/tahun. Untuk tahun 2021 sebanyak 3.565 ton/hari dan 1.300.885 ton/tahun. Ttotal timbulan sampah tahun 2020 merupakan yang tertinggi baik untuk harian maupun tahunan. Terjadi peningkatan dari tahun 2019 ke tahun 2020, dan bahkan peningkatan yang terjadi hingga dua kali lipat. Kemudian pada tahun 2021 sedikit menurun.

          • Sumbagan sampah tiap daerah


        Gambar 4. Peta Sebaran Sampah Provinsi Sulawesi Selatan

        Kota Makassar merupakan daerah yang paling banyak menyumbang sampah untuk Provinsi Sulawesi Selatan yaitu dengan persentase 29%. Hampir 1/3 sampah di Sulsel berasal dari Kota Makassar. Pada urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Bone yang menyumbang sampah sebesar 11% dan sisanya terbagi pada wilayah-wilayah lain dengan persentase masing-masing hanya 5%, 4%, 3%, dan 2%.

            • Sumber sampah


          Gambar 5. Komposisi Sampah Berdasarkan Sumbernya

          Sesuai pada Gamber 5, sektor yang paling banyak menyumbang sampah di Provinsi Sulawesi Selatan adalah rumah tangga yaitu sebesar 55,08% atau lebih dari separuh populasi sampah di Sulawesi Selatan berasal dari sampah rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sampah yang bersumber dari pasar dengan persentase sebesar 15,65% dan diurutan ketiga adalah kegiatan perniagaan yaitu sebesar 8,01%, dan sisanya bersumber dari sumber lain misalnya fasilitas publik, perkantoran, dan lain-lain.

              • Kondisi Sulawesi Selatan

            Berikut data nasional 10 provinsi dengan timbulan sampah tertinggi pada tahun 2021.


            Gambar 6. 10 Besar Provinsi dengan Timbulan sampah tertinggi tahun 2021

            Berdasarkan Gambar 6, provinsi dengan timbulan tertinggi yaitu Provinsi Jawa Tengah dengan timbulan sampah kurang lebih sebesar 5,6 juta ton sampah, diikuti oleh Jawa Barat di Posisi kedua sebesar 4,5 juta ton, Jawa Timur diurutan ketiga sebesar 3,99 juta ton dan Sulawesi selatan berada pada urutan keenam dengan timbulan sampah sebesar 1,3 juta ton.

                • Faktor Utama Timbulan Sampah

              Dengan menggunakan pemodelan regresi data panel ingin diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi timbulan sampah tiap provinsi di Indonesia termasuk Sulawesi Selatan. Dalam sebuah artikel menyatakan bahwa kepadatan penduduk dan keadaan ekonomi suatu daerah mempengaruhi hasil produksi sampah dari daerah tersebut. Sehingga data yang digunakan dalam pemodelan adalah data sekunder yang berasal dari BPS dan SIPSN dengan rentang tahun 2019-2021.

              Variabel yang digunakan yaitu proporsi timbulan sampah, kepadatan penduduk, dan PDRB, serta luas wilayah. Berikut penjelasan variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan dalam pemodelan :

              Tabel 1. Keterangan Variabel

              Nama Variabel Skala
              Proporsi timbulan sampah (Y) Kontinu
              Kepadatan penduduk (X1) Kontinu
              PDRB (X2) Kontinu
              Luas wilayah (X3) Kontinu

              Tabel 2. Estimasi Parameter

                Estimate Std. Error t-value Pr(>|t|)
              (Intercept) -2590.6 2159 -1.1999 0.233052
              X1 27.014 0.6931 38.9756 2.2E-16
              X2 -7.2603E-06 2.69E-06 -2.7027 0.008108
              X3 0.026931 0.022989 1.1715 0.244245

              Berdasarkan pemodelan regresi data panel, maka diperoleh model terbaik yaitu model common effect. Pada model common effect koefisien kemiringan (intercept) tidak signifikan dan terdapat 2 dari 3 variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan yaitu Kepadatan Penduduk (X1) dan PDRB (X2), sedangkan yang tidak berpengaruh signifkan yaitu Luas Wilayah (X3).

              Berdasarkan Tabel 2, Model yang diperoleh dapat dituliskan sebagai berikut :

              Dengan adjusted R-Square sebesar 0,9624 artinya kemampuan variabel kepadatan penduduk dan PDRB dalam menjelaskan variabel proporsi timbulan sampah adalah sebesar 96,24% dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

              3.     Kesimpulan dan Rekomendasi

              Dari hasil yang telah diperoleh, kami dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut :

                  • Sampah makanan merupakan jenis sampah paling dominan di Provinsi Sulawesi Selatan. Dari 100% sampah, 45% diantaranya merupakan sampah makanan dan lebih dari separuhnya (55,08%) berasal dari sampah rumah tangga. Perlu kesadaran dari kita semua agar tidak menimbulkan lagi atau setidaknya mengurangi food waste dan food loss dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kecil yang dapat dilakukan adalah misalnya menghabiskan makanan, tidak membuang sampah makanan sembarangan agar dapat diolah kembali misalnya menjadi pupuk kompos, memilah sampah organik dan non-organik agar mudah diolah, mengurangi penggunaan plastik dan sebagainya.

                  • Pada tahun 2020 dan 2021 timbulan sampah harian maupun tahun di Sulsel meningkat signifikan dibandingkan pada tahun 2019 dan daerah yang paling banyak menyumbang sampah adalah Makassar dan Bone yaitu 29% dan 11%. Masyarakat Kota Makassar dan Kabupaten Bone perlu ditingkatkan edukasi mengenai pentingnya mengolah sampah dan tidak berlebihan dalam melakukan aktivitas yang menimbulkan sampah berlebih.

                  • Provinsi Sulawesi Selatan termasuk dalam 10 besar provinsi dengan timbulan sampah terbanyak di Indonesia. Menempati posisi 6 dengan timbulan sampah tahunan sebesar 1,3 Juta ton sampah. Pemerintah khususnya pemerintah daerah terutama  dari 10 provinsi tersebut diharapkan menghadirkan program yang lebih berefek dalam mengurangi sampah dan mendukung penuh pemanfaatan sampah menjadi energi yang dimana membutuhkan biaya yang cukup besar. Indonesia perlu secara nasional menggerakan program pemanfaatan energi baru terbarukan salah satunya berasal dari energi yang dihasilkan oleh sampah.

                  • Terdapat dua faktor utama penyebab banyaknya sampah khusunya sampah makanan, yaitu kepadatan penduduk dan kondisi ekonomi yang diukur dengan PDRB. Oleh karena itu wilayah-wilayah dengan kondisi penduduk yang padat  dan perekonian yang tinggi perlu menjadi perhatian penting agar dapat menghindari permasalahan sampah yang berefek pada kondisi lingkungan.

                     

                  • Referensi

                    FAO. (2018). SAVE FOOD: Global Initiative on Food Loss and Waste Reduction, from http://www.fao.org/savefood/resources/keyfindings/en/.

                    Hirsan, F. P., Ibrahim, I., Salikin, S., Ghazali, M., & Nurhayati, N. (2021). Pelatihan Pengelolaan Sampah Sisa Makanan Restoran Apung Berbasis Agen Biologi Black Soldier Fly (BSF). Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 4(3), 276–283. https://doi.org/10.29303/jpmpi.v4i3.979

                    Lestari, S. C., & Halimatussadiah, A. (2022). Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional: Analisis Pendorong Food Waste di Tingkat Rumah Tangga. Jurnal Good Governance, 18(1), 38–50. https://doi.org/10.32834/gg.v18i1.457

                    Lipinski, B., Hanson, C., Lomax, J., Kitinoja, L., Waite, R., & Searchinger, T. (2013). Reducing food loss and waste. World Resource Institute, June, 1–40. http://unep.org/wed/docs/WRI-UNEP-Reducing-Food-Loss-and-Waste.pdf%5Cnhttp://ebrary.ifpri.org/cdm/ref/collection/p15738coll2/id/130211

                    Maliga, I., Hasifah, H., Lestari, A., & Rafiah. (2021). Penyuluhan Pengolahan Sampah Rumah Tangga ( Pembuatan Kompos Dan Biopori ) Dari Sisa Limbah Organik Dapur Sebagai Pupuk Tanaman Apotek Hidup Di Desa Baru Tahan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Radisi Vol, 1(3), 100–106.

                 

                Oleh : Bidang Riset dan Teknologi HMPS Statistika FMIPA UNM Tahun 2022

                Leave a Reply