Menghadapi Isu Resesi Ekonomi 2023, Masyarakat Indonesia Perlu Lebih Siap !!

  1. Pendahuluan

Telah banyak media menginformasikan kepada masyarakat Indonesia bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Sehingga dinilai dan diramalkan akan terjadi salah satu fenomena yang paling dihindari dalam dunia perekonomian yaitu resesi ekonomi, yang dimana puncaknya nanti akan terjadi pada tahun 2023 (Sahda, 2022). Selain hal tersebut, bahkan sejak dua tahun yang lalu yaitu pada tahun 2020 perekonomian global diprediksi akan mengalami resesi ekonomi oleh International Monetary Fund dan World Bank. Prediksi – prediksi tersebut muncul diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satu yang paling besar pengaruhnya adalah karena timbulnya wabah covid-19 yang melumpuhkan aktivitas perekonomian (Nasution dkk, 2020).

Fenomena resesi ekonomi adalah suatu kondisi ketika pertumbuhan perekonomian rill suatu wilayah atau negara tertentu mengalami pertumbuhan yang bersifat negatif yang dapat diukur dari menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB) dalam kurun waktu dua kuartal/triwulan secara berturut-turut dalam satu tahun. Resesi juga ditandai dengan terjadinya inflasi (kenaikan harga secara tajam), deflasi (penurunan harga), nilai ekspor yang lebih kecil dari nilai impor serta makin meningkatnya pengangguran (Blandina dkk, 2020).

Di sisi lain, kekhawatiran terhadap ancaman resesi ekonomi Indonesia di tahun 2023 masih dibantah oleh beberapa pengamat ekonomi, salah satunya adalah Piter Abdullah selaku Direktur Eksekutif Segara Institute yang dilansir dalam tempo.co, beliau menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi ekonomi tahun 2023, namun untuk berjaga-jaga kita harus tetap waspada sebab jika resesi terjadi secara global maka harga-harga akan naik meskipun Indonesia dapat terhindar resesi ekonomi (Paramitha, 2022). Pandangan positif juga disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Ida Fauziyah) bahwa walaupun sempat memburuk akibat covid-19, perekonomian Indonesia akan tetap bertumbuh positif seperti yang diperkirakan (Nurshafira, 2022). Mantan Menteri Keuangan (Muhamad Chatib Basri) pun menyampaikan peluang Indonesia mengalami resesi ekonomi relatif kecil dan berpesan agar perekonomian Indonesia tidak terlalu terbuka dan bergantung terhadap perekonomian global terutama Amerika Serikat (Alifia, 2022).

Dalam riset ini, penulis bermaksud untuk melihat berapa besar potensi Indonesia mengalami resesi ekonomi tahun 2023, baik berdasar dari pendapat para ahli maupun berdasarkan data dan hasil observasi. Serta memberikan rekomendasi-rekomendasi yang dapat dilakukan agar masyarakat dan pemerintah Indonesia dapat menghindari dampak buruk resesi ekonomi tahun 2023 mendatang.

2. Pembahasan

Data yang digunakan dalam riset ini adalah data sekunder. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Terdapat beberapa variabel yang akan digunakan diantaranya adalah PDB, inflasi, nilai ekspor-impor, dan persentase pengangguran. Penjelasan variabel disajikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Keterangan Variabel

Nama VariabelSkala
Persentase pengangguranKontinu
InflasiKontinu
Nilai eksporKontinu
Nilai ImporKontinu
PDBKontinu

a. Presentasi Pengangguran

Gambar 1 Presentasi Penggangguran

Pada Gambar 1, menunjukan tingkat persentase pengangguran pada tiga tahun terakhir yang masing-masing diukur pada bulan februari dan agustus. Bulan agustus tahun 2020 merupakan tahun dengan tingkat pengangguran tertinggi mencapai 7,07% sedangkan pada waktu sebelumnya berkisar hanya pada 4-5%. Dibandingkan dengan tahun 2020 dan 2021, tahun 2022 mengalami penurunan persentase pengangguran dan saat ini sebesar 5,86%. Secara visual, persentase pengangguran pada tahun 2022 mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya.

b. Inflasi

Gambar 2. Pergerakan Inflasi Tahun Januari 2020 – Oktober 2022

Gambar 2 menunjukan pola naik turunnya inflasi secara umum di Indonesia sejak bulan januari tahun 2020 hingga oktober tahun 2022. Secara visual, pola pergerakan inflasi mengalami fluktuasi sehingga kondisi tidak menetap dan selalu naik turun tiap beberapa waktu. Pada september 2022 inflasi bernilai 1,17% dan menurun drastis pada oktober 2022  dengan nilai -0,11%.

Dengan data time series inflasi tersebut dilakukan pemodelan dengan menggunakan metode analisis time series ARIMA.

Berdasarkan hasil analisis ARIMA, data merupakan data non-musiman sehingga model yang diperoleh merupakan model ARIMA non-musiman dengan model terbaik yaitu ARIMA (0,0,1) memiliki AIC sebesar 22,43. Hasil yang diperoleh dijelaskan sebagai berikut.

  • Estimasi Parameter

Tabel 2. Estimasi Parameter Model

Tabel 2 menunjukan estimasi untuk model utama dan model alternatif. Model ARIMA (1,1,1) mempunyai nilai AIC sebesar 21,86 lebih kecil dibandingkan AIC model ARIMA (0,1,1) sebesar 22,43.

  • Pengecekan Diagnostik

Salah satu parameter dari model ARIMA (1,1,1) yaitu ar1 mempunyai p-value (0,073) > 0,05 sehingga tidak signifikan dan artinya adalah model ARIMA (1,1,1) tidak dapat digunakan dalam forecasting. Sedangkan pada model ARIMA (0,1,1) semua pengecekan diagnostiknya telah terpenuhi.

  • Peramalan dengan Model Terbaik

Berdasarkan hasil pemodelan, estimasi parameter, dan pengecekan diagnostik diperoleh model terbaik adalah model ARIMA (0,0,1) dengan AIC sebesar 22,43. Sehingga berikut hasil peramalannya :

Tabel 4. Ramalan Inflasi 3 periode kedepan

Periode waktuNilai ramalan inflasi (%)
November 20220.39344
Desember 20220.39344
Januari 20230.39344

Berikut visualisasinya :

Gambar 3. Hasil Ramalan Inflasi November 2022 – Januari 2023

Nilai ramalan cenderung stagnan sama untuk masing-masing waktu, dan nilai inflasi yang di proyeksikan sebesar 0,39% artinya terjadi kenaikan inflasi untuk 3 bulan kedepan.

  • Nilai Ekspor – Impor

Nilai ekspor dan impor menjadi salah satu indikator suatu negara akan mengalami resesi ekonomi. Apabila nilai impor suatu negara lebih tinggi dibandingkan nilai ekspornya maka perlu diwaspadai akan terjadinya resesi ekonomi. Untuk melihat indikator tersebut, dilakukan uji komparasi dua sampel bebas dengan menggunakan uji t dan data yang dipakai adalah data nilai ekspor-impor pada bulan Januari 2020 hingga Oktober 2022. Berikut hasil yang diperoleh.

Tabel 5. Hasil Uji t

 Nilai EksporNilai Impor
Rataan18792.3415775.89
Varian25059170.3914596897.06
t hitung2.79 
Nilai kritis1.67 
p-value (Uji satu pihak)0.0034 

Berdasarkan Tabel 5, uji t yang digunakan merupakan uji satu pihak (one-tail) diperoleh nilai p-value sebesar 0,0034 dan nilai tersebut lebih kecil dari signifikansi alfa (0,05). Kemudian pada nilai rataan untuk ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari rataan nilai impor, dan berdasarkan keseluruhan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa nilai ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan nilai impor.

Produk Domestik Bruto (PDB)

Gambar 4. Grafik garis PDB Triwulan Tahun 2018-2022

Sebagai ilustrasi, kita dapat melihat Gambar 4 yaitu PDB triwulan I tahun 2018 hingga triwulan III tahun 2022 cenderung mengalami kenaikan dengan nilai sebesar 5.091.171,1 milyar rupiah. Untuk memprediksi apakah pada triwulan I dan II tahun 2023 mengalami kenaikan atau penurunan berturut-turut digunakan pemodelan time series ARIMA.

Hasil yang diperoleh adalah, data merupakan data musiman sehingga ditangani dengan pemodelan ARIMA musiman (SARIMA) dan model terbaik yang diperoleh adalah SARIMA (0,2,1) (0,1,1)4 dengan nilai AIC sebesar 171,7. Berikut penjelasannya.

  • Estimasi Parameter

Tabel 6. Estimasi Parameter Model

Berdasarkan Tabel 6 terdapat dua model yang terbentuk. Model SARIMA (0,2,1) (0,1,1)4 mempunyai AIC 171,7 lebih kecil dari model SARIMA (0,2,1) (2,1,1)4 dengan AIC sebesar 172,3.

  • Pengecekan Diagnostik

Tabel 7. Pengecekan Diagnostik

Terdapat dua parameter dari model SARIMA (0,2,1) (2,1,1)4 yang tidak signifikan sehingga model tersebut tidak dapat digunakan untuk forecasting. Adapun model yang memenuhi (model terbaik) yaitu SARIMA (0,2,1) (0,1,1)4.

  • Peramalan dengan Model Terbaik

Dengan menggunakan model terbaik yaitu SARIMA (0,2,1) (0,1,1)4 diperoleh hasil ramalan sebagai berikut.

Tabel 8. Ramalan Inflasi 3 periode kedepan

Periode waktuNilai ramalan PDB (Milyar rupiah)
Triwulan IV 20225.174.875
Triwulan I 20235.239.982
Triwulan II 20235.460.554

Berikut visualisasinya :

Gambar 5. Ramalan PDB Triwulan IV 2022 – Triwulan II 2023

Terlihat pada Gambar 5 bahwa ramalan PDB untuk triwulan IV tahun 2022 sampai triwulan II tahun 2023 cenderung meningkat. Hasil proyeksi untuk triwulan II 2023 sebesar 5.460.554 (milyar rupiah).

e. Dampak dan Rekomendasi Solusi Resesi Ekonomi

Menurut Darmastuti (Darmastuti dkk, 2021), apabila dalam suatu negara terjadi resesi ekonomi yang hebat dan berkepanjangan maka akan berimbas pada menurunnya kesehatan mental masyarakat pada negara tersebut, akibat dari kesulitan dalam menghadapi krisis kesejahteraan. Selain itu aktivitas-aktivitas perekonomian menjadi sangat terpuruk, diantaranya.

  • Menurunnya investasi
  • Lapangan pekerjaan semakin sempit bahkan akan ada pekerja yang terkena PHK
  • Penurunan keuntungan perusahaan
  • Daya beli masyarakat yang kiat menurut
  • Dan berbagai dampak negatif di segi ekonomi lainnya.

Semenjak covid-19 melanda Indonesia beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan guna meningkatkan aktivitas ekonomi agar menghindari terjadinya resesi ekonomi. Beberapa kebijakan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah diantaranya mengambil kebijakan fiskal untuk menjaga kestabilan perekonomian nasional dan kebijakan moneter untuk salah satunya berfokus pada penguatan mata uang. Salah satu sektor yang paling berpengaruh signifikan meningkatkan aktivitas ekonomi adalah UMKM, sehingga stimulus yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM sangat bermanfaat bagi keberlangsungan perekonomian nasional. Oleh karena itu UMKM serta kelompok-kelompok bisnis lainnya dapat menjadi tameng yang kuat untuk menghadapi resesi ekonomi 2023.

Selain untuk pemerintah, masyarakat juga harus ikut serta agar mempersiapkan diri dalam menghadapi resesi ekonomi 2023. Beberapa tips agar bersiap menghadapi resesi ekonomi yaitu mempersiapkan dana darurat, melakukan investasi, meningkatkan literasi finansial, tetap kreatif dalam mencari pekerjaan tambahan, bersiap untuk membangun usaha mandiri misalnya UMKM dan sebagainya.

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil riset diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

  • Terdapat beberapa indikator dalam mengukur terjadinya resesi ekonomi antara lain turunnya PDB selama dua triwulan berturut-turut dalam satu tahun, terjadi inflasi atau deflasi yang sangat tajam, meningkatnya pengangguran, serta nilai impor lebih tinggi dari nilai ekspor.
  • Secara visual, tingkat pengangguran pada tahun 2022 menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
  • Berdasarkan hasil proyeksi model terbaik yaitu ARIMA (0,0,1), diperoleh tingkat inflasi cenderung meningkat menjadi 0.393 dari yang sebelumnya sebesar -0,11.
  • Hasil uji t sampel bebas satu arah dengan taraf signifikasi alfa 0,05 didapatkan bahwa nilai ekspor lebih tinggi secara signifikan disbandingkan nilai impor.
  • Ramalan PDB dengan model SARIMA (0,2,1) (0,1,1)4 untuk triwulan IV 2022, triwulan I dan triwulan II 2023 menaik secara berturut-turut. Oleh karena itu dari beberapa indikator diatas dapat disimpulkan potensi resesi ekonomi Indonesia tahun 2023 masih kecil dan dapat diminimalisir. Meskipun demikian, masyarakat dan pemerintah harus tetap bersiaga dalam menghadapi resesi ekonomi 2023.

Referensi

Blandina, S., Fitrian, A. N., & Septiyani, W. (2020). Strategi Menghindarkan Indonesia dari Ancaman Resesi Ekonomi di Masa Pandemi. Efektor7(2), 181-190.

Darmastuti, S., Juned, M., Susanto, F. A., & Al-Husin, R. N. (2021). COVID-19 dan Kebijakan dalam Menyikapi Resesi Ekonomi: Studi Kasus Indonesia, Filipina, dan Singapura. Jurnal Madani: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Humaniora4(1), 70-86.

Dream.co.id.( 30 Oktober 2022). Prediksi Mantan Menkeu Soal Peluang Indonesia Ikut Terseret Resesi 2023. Diakses pada 21 November 2022. Dari https://www.dream.co.id/dinar/bagaimana-jika-indonesia-terkena-resesi-2023-ini-dampaknya-221028t.html

Its.ac.id.( 05 November 2022). Ancaman Resesi 2023, UMKM Bisa jadi Solusi Jitu. Diakses pada 18 November 2022. Dari https://www.its.ac.id/news/2022/11/05/ancaman-resesi-2023-umkm-bisa-jadi-solusi-jitu/

Nasution, D. A. D., Erlina, E., & Muda, I. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Benefita, 5(2), 212. https://doi.org/10.22216/jbe.v5i2.5313

Tempo.co.( 8 November 2022). Menaker Prediksi Perekonomian Indonesia Tumbuh Positif Jauh Dari Resesi. Diakses pada 22 November 2022. https://bisnis.tempo.co/read/1654595/menaker-prediksi-perekonomian-indonesia-tumbuh-positif-jauh-dari-resesi

Tempo.co.( 28 Oktober 2022). Ekonom: Tidak Ada Pernyataan Indonesia Akan Resesi 2023. Diakses pada 22 November 2022. Dari https://bisnis.tempo.co/read/1650499/ekonom-tidak-ada-pernyataan-indonesia-akan-resesi-2023

Leave a Reply